4/30/2013

Penulisan Karya Ilmiah

A.    Latar Belakang
            Sebuah pekarjaan dapat dikategorikan sebagai profesi apabila memenuhi sejumlah syarat, antara lain: merupkan pelayanan yang dibutuh- kan, dilandasi oleh  suatu disiplin ilmu, pemangkunya harus melalui pendidikan dan pelatihan yang cukup, memiliki kode etik, organi- sasi, serta budaya profesi. Di antara syarat-syarat tersebut, keberadaan disiplin ilmu yang melandasi pekerjaan merupakan syarat yang paling esensial. Hal ini karena tingkatan profesionalitas sebuah pekerjaan, hakikatnya diukur dari kompleksitas keilmuan dan teori yang mendasarinya.
            Sejalan dengan perkembangan di lapangan, maka keilmuan yang menjadi landasan suatu profesi juga dintuntut untuk terus dikembangkan.  Berbagai kegiatan ilmiah harus dilakukan untuk mengembangkan ilmu. Salah satu instrumen atau sarana penting untuk memperoleh  ilmu adalah melalui penelitian, baik yang sifatnya menggali atau memverifikasi teori. Hasilnya kemudian harus ditulis dan dipublikasikan, selain agar tersebar juga dimaksudkan agar diuji oleh berbagai kalangan yang kompeten. Bila temuan/teori yang dihasilkan memiliki kebenaran dan signifikansi maka tentu akan diadopsi dalam khasanah keilmuan profesi tersebut.
            Salah satu cabang profesi di dalam dunia pendidikan, adalah pengawas atau supervisor pendidikan. Sebagaimana uraian di atas, profesi ini pun tentu harus didukung oleh keilmuan yang senantiasa berkembang. Pengawas sebagai pemangku profesi ini berkewajiban untuk menggali, menyampaikan dan menerapkan ilmu yang mendukung peningkatan profesionalisme mereka. Oleh karena itu, maka kemampuan menyusun karya tulis ilmiah harus dimiliki oleh setiap pengawas pendidikan. Tulisan ini dirancang untuk maksud tersebut.
B.Pengertian Karya Tulis Ilmiah
     Karya tulis ilmiah adalah suatu produk dari kegiatan ilmiah. Mem- bicarakan produk ilmiah, pasti kita membayangkan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan temuan baru yang bersifat ilmiah, yaitu penelitian. Memang temuan ilmiah dilakukan melalu penelitian, namun tidak hanya penelitian merupakan satu-satunya karya tulis ilmiah.
     Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu per- masalahan. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamat- an, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
     Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati. Dalam karya tulis ilmiah cirri-ciri keilmiahan dari suatu karya harus dapat dipertanggung jawabkan secara empiris dan objektif. Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan. Penulisan ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa diindentifikasikan mana yang merupakan subjek dan predikat serta hubungan apa antara subjek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak jelas. Penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang harus disampaikannya.
     Dalam penelitian yang digunakan sebagai bahan penulisan karya tulis ilmiah mengutip pernyataan orang lain sebagai dasar atau sebagai landasan penyusunan penelitian. Pernyataan ilmiah ini digunakan untuk bermacam-macam tujuan sesuai dengan bentuk argumentasi yang diajukan. Pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai definisi dalam menjelaskan suatu konsep, atau dapat digunakan sebagai premis dalam pengambilan kesimpulan pada suatu argumentasi.
     Pernyataan ilmiah yang harus kita gunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal, yaitu :
1.      Harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut.
2.      Harus dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan disampaikan apakah dalam makalah, buku, seminar, lokakarya dan sebagainya.
3.      Harus dapat diindentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan itu dilakukan. Sekiranya publikasi ilmiah tersebut tidak diterbitkan maka harus disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang melakukan kegiatan tersebut.
     Cara kita mencantumkan ketiga hal tersebut dalam karya tulis ilmiah disebut teknik notasi ilmiah. Terdapat bermacam-macam teknik notasi ilmiah yang pada dasarnya mencerminkan hakikat dan unsur yang sama.
     Buku ini memberikan contoh teknik notasi ilmiah yang menggunakan catatan kaki (Footnote). Catatan kaki merupakan informasi dari pernyataan yang kita kutip. Di samping itu catatan kaki dapat digunakan sebagai infor- masi tambahan yang tidak langsung berkaitan dengan pernyataan dalam badan tulisan.
     Kutipan yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ada dua jenis yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan pernyataan yang kita tulis dalam karya tulis ilmiah susunan kalimat aslinya tanpa mengalami perubahan sedikit pun. Kutipan tak langsung merupakan kutipan pendapat atau pernyataan orang lain dengan melakukan perubahan kalimat yang dikutip disesuaikan dengan bahasa penulis itu sendiri.
C. Persyaratan karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah merupakan perwujudan kegiatan ilmiah yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Karya tulis ilmiah adalah karangan atau karya tulis yang menyajikan fakta dan ditulis dengan menggunakan metode penulisan yang baku.
Hal-hal yang harus ada dalam karya ilmiah antara lain:
1.   Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
2.   Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.
3.   Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
4.   Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gam- bar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5.   Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkan- dung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah keba- hasaan.
6.   Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).

     Karya ilmiah adalah suatu karya tulis yang membahas suatu permasa- lahan.Pembahasan dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat dari suatu penelitian.Karya tulis ilmiah harus memiliki gagasan ilmiah bahwa dalam tulisan tersebut harus memiliki permasalahan dan pemecahan masalah yang menggunakan suatu alur pemikiran dalam pemecahan masalah. Alur pemikiran tersebut tertuang dalam metode penelitian. Metode penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan operasionalisasi dari metode keilmuan. Dengan kata lain bahwa struktur berpikir yang melatarbelakangi langkah-langkah dalam penelitian ilmiah adalah metode keilmuan.
     Metode penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan pemecahan masalah memiliki pengertian sebagai berikut:
1.      Penelitian adalah usaha yang sistematik dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah spesifik yang memerlukan pemecahan.
2.      Cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.
3.      Cara ilmiah dilandasi oleh metode rasional dan metode empiris serta metode kesisteman.
4.      Penelitian meliputi proses pemeriksaan, penyelidikan, pengujian dan eksperimen yang harus diilakukan secara sistematik, tekun, kritis, objektif, dan logis.
5.      Penelitian dapat didefinisikan sebagai pemeriksaan atau penyelidikan ilmiah sistematik, terorganisasi didasarkan data dan kritis mengenai masalah spesifik yang dilakukan secara objektif untuk mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban dari masalah tersebut.Metode penulisan karya tulis ilmiah mengacu pada metode pengungkapan fakta yang biasanya berasal dari hasil penelitian dengan berbagai metode yang digunakan. Karya tulis ilmiah dapat juga disebut sebagai laporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian ditulis sesuai dengan tujuan laporan tersebut dibuat atau ditujuan untuk keperluan yang dibutuhkan. Laporan hasil penelitian dapat ditulis dalam dua macam, yaitu sebagai dokumentasi dan sebagai publikasi. Perbedaan kedua karya tulis ilmiah ini terletak pada format penulisan. Karya tulis ilmiah sebagian besar merupakan publikasi hasil peneli- tian. Dengan demikian format yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini ditentukan oleh isi penelitian yang menggambarkan metode atau sistematika penelitian. Metode penelitian secara garis besar dapat dibagi dalam empat macam.yaitu yang disusun berdasarkan hasil penelitian kuantitatif, hasil penelitian kualitatif, hasil kajian pustaka, dan hasil kerja pengembangan.
Karya tulis ilmiah yang berupa hasil penelitian ini apat dibedakan berdasarkan sasaran yang dituju oleh penulis. Karya tulis ilmiah untuk kepentingan masyarakat akademik berupa skripsi, tesis, dan disertasi. Karya tulis ilmiah untuk kepentingan masyarakat akademik bersifat teknis, berisi apa yang diteliti secara lengkap, mengapa hal itu diteliti, cara melakukan penelitian, hasil-hasil yang diperoleh, dan kesimpulan penelitian. Isinya disajikan secara lugas dan. objektif. Karya tulis ilmiah untuk kepentingan masyarakat umum biasanya disajikan dalam bentuk artikel yang lebih cenderung menyajikan hasil penelitian dan aplikasi dari hasil penelitian tersebut dalam subtansi keilmuannya.
Dari berbagai macam bentuk karya tulis ilmiah, karya tulis ilmiah memiliki persyaratan khusus. Persyaratan karya tulis ilmiah adalah:
1.      Karya tulis ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2.      Karya tulis ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulis ilmiah yakni mencantukan rujukan dan kutipan yang jelas.
3.      Karya tulis ilmiah disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual dan prosedural.
4.      Karya tulis ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
5.      Karya tulis ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis
6.      Karya tulis ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, serta tidak bersifat ambisius dan berprasangka, penyajian tidak boleh bersifat emotif.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam menulis karya ilmiah memer- lukan persiapan yang dapat dibantu dengan menyusun kerangka tulisan. Di samping itu, karya tulis ilmiah harus menaati format yang berlaku.
C. SISTEMATIKA KARYA TULIS ILMIAH

Menulis karya tulis ilmiah yang bersumber penelitian adalah menulis laporan penelitian dan artikel untuk jurnal ilmiah. Oleh sebab itu, format penulisannya menyesuaikan dengan format penelitian. Format penelitian sangat tergantung dengan metode penelitian yang digunakan, di mana setiap metode memiliki format tersendiri. Format dalam menulis karya ilmiah merupakan alur-alur jalan pikiran yang terdapat dalam sebuah penelitian yang dikaitkan dengan proses penulisan.
   Dalam pembahasan ini kita tidak akan menekankan kepada aspek-aspek penelitian seperti teknik pengambilan data, analisis data, dan teknik analisis statistika, melainkan kepada rambu-rambu pikiran yang merupakan tema pokok sebuah proses penelitian. Seperti kita ketahui bahwa penelitian adalah sebuah proses pemecahan masalah, maka penulisan karya tulis ilmaih merupakan pemaparan proses pemecahan masalah, sehingga pembaca memperoleh jawaban dari masalah yang diteliti.Karya tulis ilmiah hasil penelitian berfungsi mengkomunikasikan ihwal gagasan atau hasil penelitian yang telah dilakukan, khususnya (a) gagasan: Apa yang menjadi permasalahan, dan Bagaimana gagasan yang dikemukakan dalam memecahkan maasalah, (b) Penelitian: apa yang diteliti, mengapa penelitian dilakukan, dan apa yang menjadi fokusnya, apa yang menjadi acuan konseptualnya,  bagaimana desainnya, bagaimana data dikum- pulkan dan dianalisis, temuan apa yang diperoleh, apa kesimpulan akhirnya, dan apa rekomendasi yang dinyatakan berdasarkan temuan tersebut bagi kepentingan praktis dan pengembanga ilmu.
Bentuk karya tulis ilmiah ada dua macam, yaitu (a) panjang, contoh- nya skripsi, tesis atau laporan penelitian, dan (b) atau versi pendek, contoh- nya  artikel jurnal dan makalah simposium.
A.  Sistematika Laporan Penelitian
Bagian Awal
  1. Hal-hal yang termasuk bagian awal adalah :
  2. Halaman sampul
  3. Halaman judul
  4. Abstrak
  5. Kata Pengantar
  6. Daftar Isi
  7. Daftar Gambar
  8. Daftar Lampiran
Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E.   Kegunaan Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian pustaka setiap variabel
B. ……………
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Metode Penelitian
E.   Instrumen Penelitian
F.   Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
B. Uji Prsayarat Analisis
C. Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan hasil penelitian
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
Bagian Akhir
        Daftar Pustaka
        Lampiran
        Riwayat Hidup Penulis
f).     Sistematika Laporan Penelitian Versi Pendek:
(Makalah Seminar, Artikel Jurnal Ilmiah)
1).  Pendahuluan
2).  Metode
3).  Temuan dan Pembahasan
4).  Kesimpulan dan Rekomendasi
5).  Daftar Pustaka
      Berikut ini disajikan contoh format karya tulis ilmiah laporan hasil penelitian berserta uraian tiap-tiap bagian, sebagai berikut.
Bab I
Pendahuluan
A.      Latar Belakang Masalah
1.         memaparkan permasalahan umum yang menjadi landasan fokus masalah yang akan diteliti
2.         memaparkan faktor-faktor yang melatarbelakangi masalah tersebut muncul.:
o    Faktor yang melatarbelakangi permasalahan digambarkan dengan kenyataan yang ada, misalnya kemampuan guru biologi dalam penggunaan metode CTL rendah. Paparkan fakta yang mendukung, seperti hasil pengamatan kita saat melakukan supervisi.
o    Berilah argumentasi mengapa kemampuan tersebut rendah, misalnya guru kurang berminat untuk mencoba, sulit mengaplikasikan meteri dengan metode, tugas-tugas tidak mendorong aktivitas siswa. Dalam memberi argumentasi ini dilakukan analisis yang didasari suatu bukti nyata berdasarkan pengalaman sendiri saat melakukan obeservasi guru mengajar di kelas.
o    Berilah argumentasi perkiraan pemecahan yang diharapkan dapat mengatasi masalah, misalnya bila masalah yang dominan adalah teknik pelatihan, maka pilihlah teknik pelatihan yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar biologi dengan metode CTL. Contoh, teknik problem solving sebagai upaya peningkatan kemampuan guru menerapkan metode CTL dalam mengajar biologi di SMA.
o    Berilah argumentasi kelebihan dari teknik Problem Solving, sehingga penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut, atau dengan kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.
3.    Mengerucutkan permasalahan menjadi lebih fokus pada variabel penelitian.
B.   Identifikasi Masalah
o    Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, peneliti dapat mengidentifikasi, memilih, dan merumuskannya.
o    Dalam mengidentifikasi peneliti melakukan pendataan semua permasalahan yang diduga mempengaruhi variabel utama atau masalah yang ada
o    Identifikasi masalah dilakukan dengan menyusun sejumlah pertanyaan yang terkait dengan fokus masalah.
C.   Pembatasan Masalah
o    Setelah masalah diidentifikasi, belum merupakan jaminan bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti.
o    Biasanya, dalam usaha mengidentifikasi atau menemukan masalah penelitian diketemukan lebih dari satu masalah.
o    Dari masalah-masalah yang teridentifikasi tersebut perlu dipilih salah satu, yaitu mana yang paling menjadi masalah utama dan menjadi faktor yang sangat mempergaruhi dan sesuai untuk diteliti.
o    Pilihlah salah satu permasalahan yang sekiranya sesuai
o    Jika yang diketemukan sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan kelayakan serta kesesuaiannya untuk diteliti.
D.   Perumusan Masalah
o    Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, maka perlu dirumuskan.
o    Perumusan masalah ini penting, karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya.
o    Perumusan masalah memperhatikan hal-hal berikut ini:
(a)   masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan,
(b)   rumusan itu hendaknya padat dan jelas, dan
(c)   rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
E.    Hipotesis Tindakan
o    Rumuskan dugaan sementara pemecahan masalah yang disebabkan oleh solusi yang dipilih secara operasional
o    Misalnya ” Teknik Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan guru biologi dalam menerapkan metode CTL dalam pelajaran Biologi”
Bab II
Kajian Teori Dan Kerangka Berpikir
A.   Kajian Teori
o    Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoretis bagi peneliti yang akan dilakukan itu.
o    Landasan ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).
o    Untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang disebutkan di atas itu orang harus melakukan penelaahan kepustakaan.
o    Telaah pustaka dilakukan untuk memcahkan permasalahan yang terdapat pada perumusan masalah berdasarkan teori yang ada. Pemecahan masalah secara teoretis adalah mempergunakan teori yang relevan sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji permasalahan agar mendapat jawaban yang akurat.
o    Dalam kajian teori bukan kumpulan kutipan dari teori yang relevansaja, tetapi kajian yang membangun kerangka pemikiran pemecahan masalah sampai dapat menggambarkan cara perolehan data berupa konstruk variabel yaitu indikator-indkator dari variabel yang harus diamati.
B.   Kerangka berpikir
o    Sintesis dari analisis hasil kajian teori dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
o    Memberikan gambaran pemecahan masalah dengan adanya variabel yang digunakan untuk memecahkan masalah
o    Gambaran tersebut memberikan arah pemecahan masalah melalui argumentasi, yaitu menyusun kerangka berpikir peneliti sendiri secara sistemik dan analitik.
Bab III
Metodologi Penelitian
A.      Tujuan
Tujuan penelitian perlu dirumuskan, karena dalam tujuan ini memberikan gambaran pemecahan masalah yang diharapkan dalam penelitian. Oleh karena itu, dalam merumuskan tujuan harus operasional dan rinci.
B.       Lokasi
Jelaskan lokasi penelitian
C.       Waktu
Jelaskan waktu pelaksanaan penelitain
D.   Prosedur
1.         Perencanaan
a.         Masalah yang teridentifikasi/fokus masalah
       bagian ini menjelaskan masalah yang teridentifikasi berdasarkan hasil pengamatan/pretes serta analisis untuk mencari akar masalah.
b.        Rencana Tindakan
       bagian ini menjelaskan rencana tindakan berdasarkan akar masalah yang telah teridentifikasi yang berupa tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki permasalahan, aspek apa saja yang dilakukan untuk memperbaiki yang dirumuskan dalam siklus. Dalam rencana tindakan ini terdapat kreteria keberhasilan dari suatu siklus. Rencana tindakan disusun dalam bentuk skenario pembelajaran yang mana dalam strategi pembelajaran telah mengimplementasikan solusi (tindakan) yang direncanakan untuk memecahkan masalah.
2.         Pelaksanaan
o       Objek
o       Kolaborator
3.           Evaluasi
Bab IV
Hasil Penelitian
1.    Deskripsi Data
1.1.      Siklus I
 a.    Perencanaan
       berisi rencana untuk melaksanakan action pada siklus ini (seperti skenarion pembelajaran)
 b.   Pelaksanaan
       menjelaskan pelaksanaan tindakan (action) secara jelas langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penelitian.
 c.    Hasil Pengamatan
       berisi paparan yang mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, misalnya nilai hasil tes atau analisis hasil yang diamati/dijaring melalui kuesioner. hasil pengamatan kolaborator selama pelaksanaan action.
 d.   Refleksi
       Pembahasan hasil dari peneliti dan kolaborator yang merupakan kesimpulan daripelaksanaan siklus I. Bila dari hasil refleksi menyimpulkan hasil action belum tuntas, maka dirumuskan kembali masalah yang akan ditindalanjuti pada siklus kedua.
2.    Pembahasan
Berisi pembahasan berdasarkan analisis-analisis yang ada pada setiap siklus
Bab V
Kesimpulan Dan Saran
1.        Kesimpulan
2.        Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
1     Surat Keterangan dari Kepala Sekolah
2     Skenario/RPP
3     Bukti Pengamatan dari Kolaborator
4     Instrumen/tes
5     contoh/bukti pekerjaan/jawaban siswa

B.  Sistematika Makalah Seminar dari Hasil Penelitian
        Judul
        Bagian yang mungkin satu-satunya dibaca orang lain, oleh karena itu judul harus mampu menarik perhatian pembaca yang membacanya secara sepintas
        Judul yang tidak jelas, terlalu umum, kurang informatif, tidak memikat dan bisu akan menyebabkan tulisan diremehkan orang
        Judul yang baik memakai kata-kata tidak lebih dari 12 kata-kata
        Dalam menyusun judul, hindari kata-kata klise, seperti: penelitian pendahuluan, studi perbandingan, suatu penelitian tindakan kelas, dll.
        Hindari pemakaian kata kerja pada awal judul
        Jangan memakai kata singkatan atau akronim
        Baris kepemilikan
        Nama pengarang
        Nama lembaga tempat kegiatan dilakukan, lengkap dengan alamat pos
        Setiap orang yang namanya tercantum sebagai pengarang, mempunyai kewajiban moral bisa menjawab isi dari tulisan tersebut
        Dalam menulis nama, tanggalkan pangkat, gelar, dan kedudukan
        Abstrak dan Ringkasan
        Abstrak dapat menerangkan keseluruhan isi tulisan
        Abstrak disajikan ke dalam satu paragraf dengan kata-kata sekitar 500
        Komponen abstrak:
        Tabel dan grafik tidak boleh dicantumkan dalam abstrak, begitu juga dengan singkatan ataupun pengacuan pada pustaka
        Kata kunci
        Kata kunci dapat berasal dari judul, abstrak, atau isi dari tulisan
        Pilih kata-kata yang dipakai kalau mencari informasi mengenai topik tersebut
Pendahuluan
        Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan kata kunci. Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga gagasan:
        Latar belakang atau rasioanl penelitian
        masalah dan wawasan rencana pemecahan masalah
        rumusan tujuan penelitian ( dan harapan tentang manfaat hasil penelitian).
        Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang bisa dijamin otoritas penulisnya. Jumlah rujukan harus proporsional ( tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak). Pembahasan kepustakaan harus disajikan secara ringkas, padat dan lkangsung mengenai masalah yang diteliti. Aspek yang dibahasa dan mencakup landasan teorinya, segi historisnya, atau segi lainnya. Penyajian latar belakang atau rasional penelitian hendaknya sedemikian rupa sehingga mengarahkan pembaca ke rumusan masalah penelitian yang dilengkapi dengan rencana pemecahan masalah dan akhirnya ke rumusan tujuan. Untuk penelitian kualitatif di bagian ini dijelaskan juga fokus penelitian dan uraian konsep yang berkaitan dengan fokus penelietian.
Metode
        Pada dasarnya bagian ini menyajikan bagaimana penelitian itu dilakukan. Uraian bisa jika dalam beberapa paragraph tanpa subbagian, atau dipilah-pilah menjadi beberapa sub-bagian. Hanya hal-hal yang pokok saja disajikan. Uraian rinci tentang rancangan penelitian tidak perlu diberikan.
        Materi pokok bagian ini adalah bagaimana data dikumpulkan, siapa sumber data, dan bagaimana data dianalisis.
Hasil
        Bagian hasiladalah bagian utama artikel ilmiah, dan oleh karena itu biasanya merupakan bagian terpanjang. Bagian ini menyajikan hasil-hasil analisis data; yang dilaporkan adalah hasil bersih. Proses analisis data ( seperti perhitungan statistik) tidak perlu disajikan. Proses pengujian hipotesis pun tidak perlu disajikan, termasuk pembandingan antara koefisien yang ditemukan dalam analisis dengan koefisien dalam tabel statistik. Yang dilaporkan adalah hasil analisis dan hasil pengujian hipotesis.
        Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel atau grafik. Tabel ataupun grafik harus diberi komentar atau dibahas. Pembahasan tidak harus dilakukan per tabel atau grafik. Tabel atau grafik digunkan untuk memperjelas penyajian hasil secara verbal.
        Apabila hasil yang disajikan cukup panjang, penyajian bisa dilakukan dengan memilah-milah menjadi subbagian-subbagian sesuai dengan penjabaran masalah penelitian. Apabila bagian ini pendek, bisa digabung dengan bagian pembahasan. Untuk penelitian kualitatif, bagian hasil memuat bagian-bagian rinci dalam bentuk subtopic-subtopik yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.
Pembahasan
        Bagian ini adalah bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah. Tujuan pembahasan adalah
a.        menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaiamana tujuan penelitian itu tercapai
b.        menafsirkan temuan-temuan
c.        mengintegrasi temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan.
        Dalam menjawab masalah penelitian atau tujuan penelitian, harus disimpulkan hasil-hasil penelitian secara eksplisit. Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada.
        Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti, keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi temuan atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.

Kesimpulan dan saran
        Kesimpulan menyajikan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan pembahasan. Berdasarkan uaraian pada kedua bagian itu, dikembangkan pokok-pokok pikiran yang merupakan esensi dari uraian tersebut. Kesimpulan disajikan dalam bentuk essei, bukan dalam bentuk numerical.
        Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah ditarik. Saran-saran bisa mengacu kepada tindakan praktis, atau pengembangan teoretis, dan penelitian lanjutan. Bagian saran bisa berdiri sendiri. Bagian kesimpulan dan saran dapat pula disebut bagian penutup.
Daftar Rujukan
        Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang disajikan dalam batang tubuh artikel ilmiah.
        Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam batang tubuh makalah.
C.  Artikel Jurnal Ilmiah Hasil Penelitian
·   Judul
       Bagian yang mungkin satu-satunya dibaca orang lain, oleh karena itu judul harus mampu menarik perhatian pembaca yang membacanya secara sepintas
       Judul yang tidak jelas, terlalu umum, kurang informatif, tidak memikat dan bisu akan menyebabkan tulisan diremehkan orang
       Judul yang baik memakai kata-kata tidak lebih dari 12 kata-kata
       Dalam menyusun judul, hindari kata-kata klise, seperti: penelitian pendahuluan, studi perbandingan, suatu penelitian tindakan kelas, dll.
       Hindari pemakaian kata kerja pada awal judul
       Jangan memakai kata singkatan atau akronim
        Baris kepemilikan
       Nama pengarang
       Nama lembaga tempat kegiatan dilakukan, lengkap dengan alamat pos
       Setiap orang yang namanya tercantum sebagai pengarang, mempunyai kewajiban moral bisa menjawab isi dari tulisan tersebut
       Dalam menulis nama, tanggalkan pangkat, gelar, dan kedudukan
        Abstrak dan Ringkasan
       Abstrak dapat menerangkan keseluruhan isi tulisan
       Abstrak disajikan ke dalam satu paragraf dengan kata-kata sekitar 500
       Komponen abstrak:
       Tabel dan grafik tidak boleh dicantumkan dalam abstrak, begitu juga dengan singkatan ataupun pengacuan pada pustaka
        Kata kunci
       Kata kunci dapat berasal dari judul, abstrak, atau isi dari tulisan
       Pilih kata-kata yang dipakai kalau mencari informasi mengenai topik tersebut
Pendahuluan
        Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan kata kunci. Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga gagasan:
        Latar belakang atau rasioanl penelitian
        masalah dan wawasan rencana pemecahan masalah
        rumusan tujuan penelitian ( dan harapan tentang manfaat hasil penelitian).
        Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang bisa dijamin otoritas penulisnya. Jumlah rujukan harus proporsional ( tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak). Pembahasan kepustakaan harus disajikan secara ringkas, padat dan lkangsung mengenai masalah yang diteliti. Aspek yang dibahasa dan mencakup landasan teorinya, segi historisnya, atau segi lainnya. Penyajian latar belakang atau rasional penelitian hendaknya sedemikian rupa sehingga mengarahkan pembaca ke rumusan masalah penelitian yang dilengkapi dengan rencana pemecahan masalah dan akhirnya ke rumusan tujuan. Untuk penelitian kualitatif di bagian ini dijelaskan juga fokus penelitian dan uraian konsep yang berkaitan dengan fokus penelitian.
        Metodologi penelitian yang digunakan dalam pemecahan masalah dipaparkan secara naratif yang menggambarkan metode, teknik pengambilan data, dan teknik analisis data.
Pembahasan
        Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Oleh karena itu biasanya merupakan bagian terpanjang. Pada bagian ini disajikan hasil analisis data; Yang dilaporkan adalah hasil analisis atau hasil pengujian hipotesis,
        Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel atau grafik. Tabel ataupun grafik harus diberi komentar atau dibahas. Pembahasan tidak harus dilakukan per tabel atau grafik. Tabel atau grafik digunkan untuk memperjelas penyajian hasil secara verbal.
        Bagian ini adalah bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah. Tujuan pembahasan adalah
a.         menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaiamana tujuan penelitian itu tercapai
b.        menafsirkan temuan-temuan
c.         mengintegrasi temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan.
        Dalam menjawab masalah penelitian atau tujuan penelitian, harus disimpulkan hasil-hasil penelitian secara eksplisit. Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada.
        Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti, keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi temuan atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
Kesimpulan dan saran
        Kesimpulan menyajikan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan pembahasan. Berdasarkan uaraian pada kedua bagian itu, dikembangkan pokok-pokok pikiran yang merupakan esensi dari uraian tersebut. Kesimpulan disajikan dalam bentuk essei, bukan dalam bentuk numerical.
        Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah ditarik. Saran-saran bisa mengacu kepada tindakan praktis, atau pengembangan teoretis, dan penelitian lanjutan. Bagian saran bisa berdiri sendiri. Bagian kesimpulan dan saran dapat pula disebut bagian penutup.
Daftar Rujukan
        Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang disajikan dalam batang tubuh artikel ilmiah.
        Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam batang tubuh makalah.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL.

Terdapat sejumlah model pembelajaran efekktif berbasis kontekstual yang dapat diguanakan dalam proses pembelajaran di SD, diantaranya yaitu pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran kooperatif dengan berbagai tipenya, (seperti Student-Teams Achievement Divisions/STAD (Tim Siswa Kelompok Prestasi),
JIGSAW (Model Tim Ahli) dan GI (Group Investigation), think-pair and share, numbered head together, picture and picture, examples non examples, pengajaran berbasis inkuiri, pengajaran berbasis tugas/proyek (Project based learning), demonstration, role playing, pemodelan (modelling), dsb.
Dalam naskah ini hanya akan dibahas tiga diantaranya secara singkat, yaitu :
1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Pengajaran berbasis masalah, menurut Ibrahim dan Nur (2002) dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Teaching (Pembelajaran berbasis Project), Experience-Based Education (Pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentic). Danm Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada kehidupan nyata). Peranan guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dan bagaimana peranan nguru di dalamnya dapat digambarkan sbb.
Tahapan Tingkah laku
Tahap 1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelasakan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Tahap 2
Mengorganisir siswa untuk Belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dsb.)
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah
Tahap 4
Mengembangkan dan menanyakan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai sperti laporan, dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosesprosesyang mereka gunakan.
2. Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Model Student Teams Achievement (Tim Siswa Kelompok Prestasi) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawankawannya.
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan pembelajaran STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal manupun tertulis. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim masingmasing terdiri atas 4 atau 5 orang anggota kelompok yang bersifat heterogen (baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun potensi akademik/kemampuannya). Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai
bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesame anggota kelompok. Secara periosik. Dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui tingkat penguasaan mereka (baik individual maupun kelompok) terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Setiap siswa atau tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skorvsempurna diberi reinforcement.
Secara singkat langkah-langkah pembelajaran STAD terdiri atas:
a. Mmembentuk kelompok heterogen a 4-5 orang anggotanya
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru memberi tugas
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada csaat menjawab kuis, tidak dibolehkan siswa saling membantu.
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan
3. Model Jigsaw (Model Tim Ahli)
Model Jigsaw dikembangkan oleh Eliot Aronson dan kawan-kawannya dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Seperti halnya pada m,odel STAD, pada model Jigsawpun, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok/tim a 4-5 orang anggotanya yang bersifat heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai kelompok/tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian bahan akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan tertsebut. Kelompok siswa yang dimaksud disebut ”kelompok pakar (expert group)”. Sesudah kelompok pakar berdiskusi dan menyelesaikan tugas, maka anggota dari kelompok pakar ini kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar (membuat mengerrti) anggota lain dalam kelompok semula tersebut.
Secara sinbgkat, langkah-langkah pembelajaran Jigsaw terdiri atas :
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen a 4-5 orang
b. Tim anggota dalam kelompok/tim diberi bagian materi yang berbeda
c. Anggota dari tim tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
d. Jika kelompok ahli selesai mendiskusikan tugasnya, maka anggota kelompok kembali ke kelompok asal/semula (home teams) untuk mengajar anggota lainnya dalam kelompok semula
e. Tiap kelompok/tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
f. Guru memberi evaluasi
g. Kesimpulan/penutup
4. Model Group Investigation (GI)
Dasar-dasar metode group investigation (investigasi kelompok) dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya dikembangkan oleh oleh Sharan dan kawan-kawannya.
Dibandingkan dengan model STAD dan Jigsaw, group investigation merupakan model pembelajaran yang lebih kompleks dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Pada model group investigation, sejak awal siswa dilibatkan mulai dari tahap perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Dalam pelaksanaanya, mempersyaratkan para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Pengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil a 5-6 orang dapat bersifat heterogen dan dapat juga didasarkan pada kesenangan berteman atau kesamaan minat. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti/melakukan investigasi
mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan
Secara singkat langkah-langkah group investigation adalah sbb. :
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan
e. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikanhasil pembahasan kelompok
f. Guru mwmbwri penjelasan singkat dan sekaligus memberikan kesimpulan
g. Penutup.
D. PENUTUP
Disamping mnode-model pembelajaran yang dikemukakan di atas, dalam konteks pembelajaran masih tersedia cukup banyak model-model pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru di kelas. Sebagai guru yang profesional, seyogianya setiap guru selalu berupaya mengembangkan/meningkatkan kemampuannya dengan mengkaji berbagai model pembelajaran tersebut dan yang tidak kurang pentingnya adalah menuntut komitmen dari setiap guru untuk senantiasa memilih dan menerapkan model pembelajaran yang terbaik untuk kepentingan peserta didik

Eksperimentasi Pembelajaran “Think-Pair-Share” Dengan Pendekatan Matematika Realistik dan “Numbered Heads Together” dengan Pendekatan Matematika Realistik terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa di Kabupaten Gunungkidul

ABSTRAK
Sulistyana NIM S851108070.Eksperimentasi Pembelajaran “Think-Pair-Share” Dengan Pendekatan Matematika Realistik dan “Numbered Heads Together” dengan Pendekatan Matematika Realistik terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa di Kabupaten Gunungkidul. Pembimbing I :Prof. Budiyono, M.Sc, Pembimbing II: Dr. Sutanto, S.Si. DEA. Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) keefektifan pembelajaran Think Pair share (TPS) dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR), Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan Pembelajaran Konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa. 2) manakah yang lebih baik, prestasi belajar matematika siswa yang memiliki tingkat kecerdasan interpersonal tinggi, sedang, atau rendah. 3) pada pembelajaran TPS dengan PMR, pembelajaran NHT dengan PMR, dan Pembelajaran Konvensional, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan interpersonal tinggi, sedang, atau rendah. 4) pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan interpersonal tinggi, sedang dan rendah, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, pembelajaran TPS dengan PMR, pembelajaran NHT dengan PMR atau pembelajaran Konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain faktorial 3 x 3. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas VIII SMP Se-Kabupaten Gunungkidul tahun pelajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster random sampling. Sampel penelitian adalah peserta didik dari SMP Negeri 1 Wonosari, SMP Negeri 3 Ngawen, dan SMP Muhammadiyah I Wonosari. Uji hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan pada sel tak sama dengan taraf signifikansi  = 0,05.
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Model pembelajaran TPS dengan PMR memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran NHT dengan PMR maupun model pembelajaran konvensional, sedangkan model pembelajaran NHT dengan PMR memberikan prestasi belajar matematika yang sama dengan model pembelajaran konvensional. 2) Prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat kecerdasan interpersonal tinggi sama dengan prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat kecerdasan interpersonal sedang. Sedangkan prestasi belajar matematika dengan tingkat kecerdasan interpersonal tinggi maupun sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat kecerdasan interpersonal rendah. 3) Pada masing-masing model pembelajaran baik TPS dengan PMR, NHT dengan PMR maupun Konvensional, prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat kecerdasan interpersonal tinggi sama dengan prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat kecerdasan interpersonal sedang. Sedangkan prestasi belajar matematika dengan tingkat kecerdasan interpersonal tinggi maupun sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat kecerdasan interpersonal rendah. 4) Pada masing-masing tingkat kecerdasan interpersonal siswa, model pembelajaran TPS dengan PMR memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran NHT dengan PMR maupun model pembelajaran konvensional, sedangkan model pembelajaran NHT dengan PMR memberikan prestasi belajar matematika yang sama dengan model pembelajaran konvensional.

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamens (TGT) dan Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Geometri dan Pengukuran Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMP Negeri di Kabupaten Bojonegoro Tahun Pelajaran 2011/2012

ABSTRAK
Suprapto. S851102043. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamens (TGT) dan Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Geometri dan Pengukuran Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMP Negeri di Kabupaten Bojonegoro Tahun Pelajaran 2011/2012. Komisi Pembimbing I Dr. Mardiyana, M.Si. dan Pembimbing II Triyanto, S.Si, M.Si. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui: (1) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang dikenai, model pembelajaran kooperatif tipe TGT, model pembelajaran kooperatif NHT, atau pembelajaran konvensinal. (2) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang memiliki gaya belajar visual, gaya belajar auditori atau gaya belajar kinestetik. (3) a. Pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditori, atau kinestetik, b. Pada masing-masing gaya belajar siswa, manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik, model TGT, model NHT, atau Konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 3×3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN di Kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster random sampling. Data yang digunakan, yaitu nilai UAS, angket gaya belajar dan tes prestasi. Uji prasyarat meliputi uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan metode Barlet. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Prestasi belajar matematika siswa pada model TGT lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa pada model NHT maupun konvensional. Prestasi belajar matematika siswa pada model NHT lebih baik daripada prestasi belajar matematika pada kovensional. (2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar auditori lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual maupun gaya belajar kinestetik. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik. (3) a. Pada model TGT, NHT dan Konvensional. Siswa yang mempunyai gaya belajar auditori mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang mempunyai gaya belajar visual maupun gaya belajar kinestetik. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik. b. Pada masing masing gaya belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik, Siswa yang mempunyai model pembelajaran tipe TGT lebih baik prestasinya dibanding model pembelajaran tipe NHT maupun konvensional dan model pembelajaran tipe NHT lebih baik prestasinya dibanding model pembelajaran konvensional.
Kata kunci : TGT, NHT, dan Konvensional, Gaya Belajar, dan Prestasi Belajar Matematika.
ABSTRACT
Suprapto. S851102043. The Experimentation of the Cooperative Learning Model of Teams Games Tournament (TGT) type and Numbered Head Together (NHT) type on the Topic of Discussion of Geometry and Measurement Viewed from the Learning Style of the Students of State Junior Secondary School in Bojonegoro Regency in Academic Year 2011/2012. Principal Advisor: Dr. Mardiayana, M.Si., Co-advisor: Triyanto, S.Si., M.Si. Thesis: the Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University, Surakarta.
The objectives of this research are to investigate: (1) which of the learning models, the cooperative learning model of TGT type, the cooperative learning model of NHT type, or the conventional learning model, results in the students’ better learning achievement in Mathematics; (2) which of the learning styles, visual learning style, auditory learning style, or kinesthetic learning style results in the students’ better learning achievement in Mathematics; and (3) a. in each learning model, which learning style, visual learning style, auditory learning style, or kinesthetic learning style results in the students’ better learning achievement in Mathematics, b. in each learning style, which of learning models, the cooperative learning model of TGT type, the cooperative learning model of NHT type, or the conventional learning model results in the students’ better learning achievement in Mathematics.
This research used the quasi experimental research method with the factorial design of 3×3. The population of the research was all of the students in Grade VIII of State Junior Secondary School in Bojonegoro regency in Academic Year 2011/2012. The samples of the research were taken by using the stratified cluster random sampling technique. The data of the research were the students’ scores in the school’s final test, questionnaire of learning style, and achievement test. The pre-requisite tests used in the research were normality test with Lilliefors formula and homogeneity test with Barlet’s method. The data were then analyzed by using the two-way analysis of variance with unbalanced cell.
The results of the research are as follows: (1) the learning achievement in Mathematics of the students exposed to the cooperative learning model of TGT type is better than that of the students instructed with either the cooperative learning model of NHT type or the conventional learning model, and the learning of the students exposed to the cooperative learning model of NHT type is better than that of the students instructed with the conventional learning model; (2) the learning achievement in Mathematics of the students with the auditory learning style is better than that of the students with either the visual learning style or the kinesthetic learning style, and the learning achievement in Mathematics of the students with the visual learning style is better than that of the students with the kinesthetic learning style; and (3) a. in each learning model, TGT type, NHT type, and conventional one, the students with the auditory learning style have a better learning achievement in Mathematics than those with either the visual learning style or the kinesthetic learning style, and the students with the visual learning style have a better learning achievement in Mathematics than those with the kinesthetic learning style; b. in each learning style, auditory learning style, visual learning style, and kinesthetic learning style, the students exposed to the cooperative learning model of TGT type have a better learning achievement in Mathematics than those exposed to either the cooperative learning model of NHT type or the conventional learning model, and the students exposed to the cooperative learning model of NHT type have a better learning achievement in Mathematics than those exposed to the conventional learning model.